Tiga tahun yang lalu, di sekolah tempat saya mengajar belum mengenal MPI sebagai bahan ajar. Namun pada saat itu saya pernah mempunyai keinginan untuk membuat bahan ajar (yang ternyata bernama MPI). Dengan keterbatasan penguasaan software (Power Point) dan kaidah-kadiah pembuatan MPI saya mencoba untuk membuatnya. Tapi hal itu pupus dengan sendirinya, di samping kemampuan, sarana pendukung seperti LCD proyektor dan Laptop yang belum kami punyai.
Pada pertengahan tahun 2010, sekolah kami mendapat tawaran pembelian laptop. Karena dirasa perlu untuk memperlancar pekerjaan di sekolah (pada satu kami hanya memiliki sebuah komputer), kepala sekolah menyetujuinya. Itulah awal perkenalan kami dengan MPI. Karena kesalahan, sekolah kami tidak hanya mendapat kiriman laptop tetapi juga LCD proyektor. Alih-alih mengembalikan proyektor itu, kepala sekolah menyetujui untuk membeli nya.
Keberadaan LCD di sekolah kami menjadikan saya dan teman-teman harus mencari bahan ajar yang bisa ditampilkan. Kami mendapat dengan berbagai cara mulai dari mengopi, download dan membeli. Kebutuhan akan bahan ajar terpenuhi ketika sekolah kami mendapat bantuan Perangkat Media Pembelajaran berupa LCD, Laptop, MPI dan yang lainnya.
Gairah pemakaian MPI sebagai bahan ajar pun meningkat, guru senang memakainya karena mengajar menjadi lebih mudah dan siswa pun senang karena mereka mendapati cara baru untuk belajar. Tapi kegairahan itu tidak berlangsung lama. Isi materi dalam MPI yang kami dapat tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan kami. Dan siswapun sudah sangat terbiasa dengan penggunaan media tersebut sehingga tingkat antusiasme mereka tidak seperti saat pertama menggunakannya.
Berangkat dari sinilah ketertarikan saya untuk mengenal tentang pembuatan MPI sebagai media ajar tumbuh. Setelah beberapa kali mencoba membuat MPI dan mengikutkannya dalam lomba, hasil sharing dengan rekan-rekan lainnya serta hasil pelatihan saya berkesimpulan :
1. Tidak semua materi ajar bisa dijadikan MPI.
2. Kebermanfaatan MPI lebih penting dibandingakan dengan kecanggihan software yang digunakan.
3. Inovasi dalam pembuatan MPI sangat diperlukan agar siswa tidak bisa merasa bosan.
Identitas Penulis :